Faktor alam yang mempengaruhi evolusi
EKO PURNOMO
Abstrack
Untuk memahami proses terjadinya awal evolusi, pemikiran tentang adanya evolusi kehidupan didasarkan pada temuan adanya kemiripan antarspesies makhluk hidup. Perbedaan yang sifatnya gradual sangat mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Alasannya, hanya keturunan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang akan mampu bertahan. Walaupun demikian, generasi yang telah beradaptasi dengan segala perubahan fisiknya tetap membawa sifat-sifat pokok dari induknya.
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi evolusi serta seleksi alam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Library Research (penelitian kepustakaan).
Kata kunci: faktor alam, evolusi
A. PENDAHULUAN
Pemikiran-pemikiran evolusi seperi nenek moyang bersama dan transmutasi spesies telah ada paling tidak sejak abad ke-6 SM ketika hal ini dijelaskan secara rinci oleh seorang filsuf Yunani, Anaximander Beberapa orang dengan pemikiran yang sama meliputi Empedokles, Lucretius, biologiawan Arab Al Jahiz] filsuf Persia Ibnu Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina Zhuangzi] Seiring dengan berkembangnya pengetahuan biologi pada abad ke-18, pemikiran evolusi mulai ditelusuri oleh beberapa filsuf seperti Pierre Maupertuis pada tahun 1745 dan Erasmus Darwin pada tahun 1796.
Pemikiran biologiawan Jean-Baptiste Lamarck tentang transmutasi spesies memiliki pengaruh yang luas. Charles Darwin merumuskan pemikiran seleksi alamnya pada tahun 1838 dan masih mengembangkan teorinya pada tahun 1858 ketika Alfred Russel Wallace mengirimkannya teori yang mirip dalam suratnya "Surat dari Ternate". Keduanya diajukan ke Linnean Society of London sebagai dua karya yang terpisah. Pada akhir tahun 1859, publikasi Darwin , On the Origin of Species, menjelaskan seleksi alam secara mendetail dan memberikan bukti yang mendorong penerimaan luas evolusi dalam komunitas ilmiah.
Perdebatan mengenai mekanisme evolusi terus berlanjut, dan Darwin tidak dapat menjelaskan sumber variasi terwariskan yang diseleksi oleh seleksi alam. Seperti Lamarck, ia beranggapan bahwa orang tua mewariskan adaptasi yang diperolehnya selama hidupnya, teori yang kemudian disebut sebagai Lamarckisme.
Pada tahun 1880-an, eksperimen August Weismann mengindikasikan bahwa perubahan ini tidak diwariskan, dan Lamarkisme berangsur-angsur ditinggalkan. Selain itu, Darwin tidak dapat menjelaskan bagaimana sifat-sifat diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Pada tahun 1865, Gregor Mendel menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat dapat diprediksi. Ketika karya Mendel ditemukan kembali pada tahun 1900-an, ketidakcocokan atas laju evolusi yang diprediksi oleh genetikawan dan biometrikawan meretakkan hubungan model evolusi Mendel dan Darwin.
Walaupun demikian, adalah penemuan kembali karya Gregor Mendel mengenai genetika (yang tidak diketahui oleh Darwin dan Wallace) oleh Hugo de Vries dan lainnya pada awal 1900-an yang memberikan dorongan terhadap pemahaman bagaimana variasi terjadi pada sifat tumbuhan dan hewan. Seleksi alam menggunakan variasi tersebut untuk membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptasi yang terpantau pada organisme hidup. Walaupun Hugo de Vries dan genetikawan pada awalnya sangat kritis terhadap teori evolusi, penemuan kembali genetika dan riset selanjutnya pada akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih meyakinkan daripada ketika teori ini pertama kali diajukan.
Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui seleksi alam dengan karya Mendel disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi seperti J.B.S. Haldane, Sewall Wright, dan terutama Ronald Fisher, yang menyusun dasar-dasar genetika populasi. Hasilnya adalah kombinasi evolusi melalui seleksi alam dengan pewarisan Mendel menjadi sintesis evolusi modern. Pada tahun 1940-an, identifikasi DNA sebagai bahan genetika oleh Oswald Avery dkk. beserta publikasi struktur DNA oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953, memberikan dasar fisik pewarisan ini. Sejak saat itu, genetika dan biologi molekuler menjadi inti biologi evolusioner dan telah merevolusi filogenetika.
Pada awal sejarahnya, biologiawan evolusioner utamanya berasal dari ilmuwan yang berorientasi pada bidang taksonomi. Seiring dengan berkembangnya sintesis evolusi modern, biologi evolusioner menarik lebih banyak ilmuwan dari bidang sains biologi lainnya.[12] Kajian biologi evolusioner masa kini melibatkan ilmuwan yang berkutat di bidang biokimia, ekologi, genetika, dan fisiologi. Konsep evolusi juga digunakan lebih lanjut pada bidang seperti psikologi, pengobatan, filosofi, dan ilmu komputer.
Dasar genetik evolusi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengenalan evolusi, Genetika, dan Hereditas
Struktur DNA. Basa nukleotida berada ditengah, dikelilingi oleh rantai fosfat-gula dalam bentuk heliks ganda.
Evolusi organisme terjadi melalui perubahan pada sifat-sifat yang terwariskan. Warna mata pada manusia, sebagai contohnya, merupakan sifat-sifat yang terwariskan ini. Sifat terwariskan dikontrol oleh gen dan keseluruhan gen dalam suatu genom organisme disebut sebagai genotipe.
Keseluruhan sifat-sifat yang terpantau pada perilaku dan struktur organisme disebut sebagai fenotipe. Sifat-sifat ini berasal dari interaksi genotipe dengan lingkungan.Oleh karena itu, tidak setiap aspek fenotipe organisme diwariskan. Kulit berwarna gelap yang dihasilkan dari penjemuran matahari berasal dari interaksi antara genotipe seseorang dengan cahaya matahari; sehingga warna kulit gelap ini tidak akan diwarisi ke keturunan orang tersebut. Walaupun begitu, manusia memiliki respon yang berbeda terhadap cahaya matahari, dan ini diakibatkan oleh perbedaan pada genotipenya. Contohnya adalah individu dengan sifat albino yang kulitnya tidak akan menggelap dan sangat sensitif terhadap sengatan matahari.
Sifat-sifat terwariskan diwariskan antar generasi via DNA, sebuah molekul yang dapat menyimpan informasi genetika. DNA merupakan sebuah polimer yang terdiri dari empat jenis basa nukleotida. Urutan basa pada molekul DNA tertentu menentukan informasi genetika. Bagian molekul DNA yang menentukan sebuah satuan fungsional disebut gen; gen yang berbeda mempunyai urutan basa yang berbeda. Dalam sel, unting DNA yang panjang berasosiasi dengan protein, membentuk struktur padat yang disebut kromosom. Lokasi spesifik pada sebuah kromosom dikenal sebagai lokus. Jika urutan DNA pada sebuah lokus bervariasi antar individu, bentuk berbeda pada urutan ini disebut sebagai alel. Urutan DNA dapat berubah melalui mutasi, menghasilkan alel yang baru. Jika mutasi terjadi pada gen, alel yang baru dapat memengaruhi sifat individu yang dikontrol oleh gen, menyebabkan perubahan fenotipe organisme. Walaupun demikian, manakala contoh ini menunjukkan bagaimana alel dan sifat bekerja pada beberapa kasus, kebanyakan sifat lebih kompleks dan dikontrol oleh interaksi banyak gen.
Variasi
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan) dimana penelitian yang dilakukan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dan internet. literatur yang dimaksud disini adalah artikel, buku, internet, database, skripsi, makalah dll.yang diperoleh dari perpustakan daerah (ternate,Maluku utara) dan perpustakaan Universitas Khairun Kota Ternate (UNKHAIR) dan dari internet. data-data dan teori-teori atau pendapat-pendapat sebelumnya yang diperoleh melalui studi kepustakaan kemudian dikaji dan ditelaah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi
Tiga faktor utama yang mendorong evolusi dijelaskan di sini.
Evolusi adalah proses perubahan bertahap dalam sifat-sifat populasi yang terjadi selama beberapa generasi. Pada tingkat molekuler, adalah perbedaan dalam individu suatu gen ( genotipe ) yang mengakibatkan perbedaan ciri fisik ( fenotipe ).
Ada tiga faktor utama yang mendorong evolusi dalam suatu populasi:
- genetik variasi antara individu
- seleksi alam
- rekombinasi seksual.
Genetik variasi antara individu
Mutasi pada DNA suatu gen coding untuk suatu protein dapat menyebabkan perubahan dalam asam amino urutan protein. Protein yang dihasilkan mungkin fungsi berbeda.
Sebuah mutasi dalam DNA pengkodean gen suatu enzim dapat membuat lebih baik atau lebih buruk di catalysing reaksi. Sebagai enzim bertanggung jawab untuk reaksi kimia dalam sel, hal ini akan mempengaruhi sel fungsi.
Seleksi alam
Semua populasi menanggapi perubahan lingkungan mereka. Individu akan merespon dengan cara yang berbeda tergantung pada gen mereka. Orang-orang yang gen yang paling cocok untuk lingkungan lebih cenderung untuk bertahan hidup dan meneruskan gen mereka kepada generasi berikutnya. Ini adalah seleksi alam. Secara bertahap, gen yang menguntungkan akan mulai mendominasi pada populasi dan gen yang kurang menguntungkan akan menurun.
Rekombinasi seksual
Selama rekombinasi seksual, gen dari setiap orangtua direkombinasi dan beringsut untuk menghasilkan kombinasi baru pada keturunannya.
rekombinasi seksual memiliki tiga langkah yang meningkatkan variasi genetik dalam suatu populasi:
- menyeberang
- independen berbagai
- pemupukan.
Menyeberang terjadi ketika gamet yang dibentuk oleh meiosis . Kromosom homolog - satu warisan dari orang tua masing-masing - pasangan di sepanjang panjang mereka, gen oleh gen. Breaks terjadi di sepanjang kromosom, dan mereka bergabung kembali, perdagangan beberapa gen mereka. Kromosom sekarang memiliki gen dari salah satu induk dalam kombinasi yang unik.
berbagai Independen adalah proses di mana kromosom memisahkan secara acak ke dalam gamet terpisah selama meiosis.
Selama fertilisasi, gamet dari setiap orangtua bergabung secara acak, yang menghasilkan kombinasi unik gen dalam yang dihasilkan zigot .
Ketiga langkah perombakan gen ke dalam kombinasi yang unik. Hal ini meningkatkan variasi genetik dalam suatu populasi dan memungkinkan seleksi alam terjadi.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam artikel ini adalah sebagai berikut:
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dgn keyakinan dogmatis yg berusaha keras mengingkari penciptaan. Mayoritas filsuf penganut pagan di zaman Yunani kuno mempertahankan gagasan evolusi. Jika kita mengamati sejarah filsafat kita akan melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak filsafat pagan api bukan filsafat pagan kuno ini yg telah berperan penting dalam kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan modern melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada umumnya mereka yg mempelopori ilmu pengetahuan modern mempercayai keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan mereka berusaha menyingkap rahasia jagat raya yg telah diciptakan oleh Tuhan dan mengungkap hukum-hukum dan detail-detail dalam ciptaan-Nya.
Ahli astronomi seperti Leonardo da Vinci Copernicus Keppler dan Galileo bapak palentologi; Cuvier perintis botani dan zoologi Linnaeus dan Isaac Newton yg dijuluki sebagai “ilmuwan terbesar yg pernah ada” semua mempelajari ilmu pengetahuan dgn tidak hanya meyakini keberadaan Tuhan tetapi juga bahwa keselurohan alam semesta adl hasil ciptaan-Nya.
B. Saran
Untuk mengetahui kajian factor seleksi alam terhadap evolusi,baik yang di kemukakan oleh para ilmuan maupun yang ada sekarang.
DAFTAR RUJUKAN
· Zuckerkandl & Pauling, 1962; Huang, 1998; Ochman & Wilson , 2008; Zeng etal, 2008.
· Campbell, Reece,dan Mitchell.2002. biologi edisi kelima jilid 1. Jakarta:Erlangga.
· Suryo. 2001. Genetika Manusia. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
· Pickering, W.R.2000.Complete Biology.Oxford:University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar